"Dik Buto", sebuah cerita fantasi modern. Berlainan dari cerita rakyat umumnya yang diturunkan dari generasi ke generasi dan dianggap sebagai milik masyarakat, maka cerita yang termasuk golongan fantasi modern adalah cerita yang ditulis oleh seorang pengarang (Huck, 1976; Bunanta, 2008).
Dik Buto adalah dongeng modern yang mengambil beberapa elemen cerita rakyat Jawa yang sangat terkenal, yaitu Gerhana.
Cerita ini sangat menarik tidak saja bagi anak-anak tetapi juga justru bagi orang dewasa yang mengenal cerita rakyat Gerhana di masa kecilnya. Sebuah cerita yang berbeda, tetapi sama-sama "seru" untuk dibandingkan dan diperbincangkan.
Patut diakui ilustrasi buku inilah yang "berbicara" dan "bercerita" untuk teksnya. Matto Haq, ilustrator buku ini tahu dan dengan tepat menggambarkan apa yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya.
Zulfa Adiputri sebagai pengarang sangat cerdik dengan tidak memberi nama si tokoh utama yang membaca buku. Siapakah Dik Buto? Anak yang membaca bukukah atau Raksasa kecil lucu yang kelaparan di malam hari? Siapa yang sebetulnya kelaparan? Apa yang dimakan si raksasa kecil? Pisang, kue, atau rembulan? Cerita yagn mengajak pembacanya berdiskusi, berpikir, dan bertamasya di dunia fantasi; mengapa tidak? Cerita ini kaya interpretasi. Selain itu, ilustrasinya membuat pembaca ikut kelaparan dan berpesta ketika malam rembulan.
Keunikan lain dari buku ini adalah sebuah karya bersama yagn langka, pasangan suami-istri. Sebuah karya perdana yang diharapkan akan diikuti oleh karya-karya lain yang bermutu.
Dari : Hujan dan Bumi